Halaman
211211
211211
211
Energi
Pada Pelajaran 15 ini kamu akan mempelajari serta menguasai
beberapa kemampuan berbahasa berikut ini.
1. Kemampuan membaca hikayat. Sebuah hikayat tersaji di awal
pembelajaran ini harus kamu baca dengan baik. Setelah itu, kamu
diharapkan mampu menjawab sejumlah pertanyaan isi hikayat
tersebut.
2. Kemampuan menulis notulen rapat. Dalam pembelajaran ini,
kamu harus mampu menulis notulen rapat dengan baik. Bacalah
terlebih dahulu penjelasan langkah-langkah menulis notulen
rapat.
3. Kemampuan mendengarkan pembacaan cerpen. Dalam
pembelajaran ini, sebuah cerpen yang tersedia harus kamu simak
dengan baik. Kemudian, kamu diharapkan mampu menjawab
sejumlah pertanyaan tentang isi cerpen tersebut.
Pelajaran
Pelajaran
15
15
212212
212212
212
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
A
Membaca Hikayat
1. Membaca Hikayat
Bacalah ikhtisar
Hikayat Panji Semirang
berikut ini!
Hikayat Panji Semirang
Pemegang peranan:
1. Raden Inu Kertapati: putra Raja Kuripan (Kahuripan) yang
dipertunangkan dengan putri sulungnya Raja Daha, putri paman-
nya, Galuh Cendra Kirana. Pertunangannya menemui kesulitan-
kesulitan karena Galuh Ajeng, anak selir Ratu Daha yang ke-2,
Paduka Liku, menaruh hati juga kepada Raden Inu.
2.
Galuh Cendra Kirana: karena iri hati adiknya, ia meninggalkan
istana dengan Maha Dewi, ibu tirinya. Ia menyamar sebagai seorang
laki-laki dengan nama samaran Panji Semirang. Setelah meng-
hadapi ujian berat, bertemu jugalah ia dengan tunangannya, Raden
Inu, yang diakhiri dengan perkawinan.
3. Galuh Ajeng: Putri Paduka Liku, selir Ratu Daha yang ke-2. Ia
dengan ibunya berhasil merampas tunangan kakaknya. Dalam
perkawinan ia menemui ketidakpuasan, karena selalu
dikesampingkan dan sama sekali tak dihiraukan oleh suami
rampasannya, Raden Inu Kertapati.
Riwayat:
Kata yang empunya cerita, tersebutlah perkataan di dalam Kayangan
hendak membuat lelakon, supaya menjadi cerita, karena pada tatkala
itu alam dunia pun belum ramai dan belum begitu banyak manusia,
bermu
fakatlah penduduk Kayang
an hendak turun ke dalam dunia,
supaya menjadi panjang lelakon ceritanya.
Setelah bermufakat itu lalu masing-masing menjelma dan turunlah
ke dalam dunia.
Setengah di antara mereka itu masuk ke dalam empat orang ratu,
yaitu Ratu Kuripan, Ratu Daha, dan Ratu Gegeleng dan ke dalam tuan
Putri Beko Gandasari di Gunung Wilis, yang sedang duduk bertapa di
situ.
Jalan cerita:
Dua buah kerajaan dari dua orang kakak beradik, Ratu Daha dan
Ratu Kuripan merupakan dua hal jauh berbeda. Ratu Daha saudara
yang tertua, ialah seorang tokoh manusia yang tidak teguh
pendiriannya. Setiap kali ia dapat mengubah pendiriannya, karena
hasutan selirnya Paduka Liku, ibu Galuh Ajeng. Apalagi setelah ibu
Cendra Kirana meninggal dunia, karena tapai beracun yang diberikan
Paduka Liku. Untuk mendinginkan kemarahan raja. Paduka Liku
mencarikan guna-guna, sehingga kasih raja berpindah kepadanya.
Galuh Ajeng dimanjakan. Dalam semua hal ia ingin didahulukan.
Adiknya, Raja Kuripan, merupakan seorang tokoh yang berhati-
hati dalam segala tindakannya. Tak putus dari berpikir panjang lebar
213213
213213
213
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
sebelum ia berbuat sesuatu. Putranya hanya seorang yaitu Raden Inu
Kertapati, yang akan dipertunangkan dengan putri saudaranya, Galuh
Cendra Kirana. Saudaranya yang lain adalah Ratu Gageleng. Ia berputra
seorang pula, Raden Singa Menteri, yang suka dipuji dan disanjung.
Segala-galanya akan diberinya asal ia dipuji sebagai seorang yang
tampan dan gagah, yang melebihi orang lain. Saudaranya yang seorang
lagi ialah Biku Gandasari, seorang perempuan, menyisihkan diri dari
keduniawian dan bertapa di Gunung Wilis.
Pada suatu seketika, Raden Inu mengirimkan dua buah boneka.
Sebuah dari pada emas yang dibungkus dengan kain biasa, sedang yang
lain daripada perak, tetapi dibungkus dengan kain sutera yang mahal
harganya. Tentulah Galuh Ajeng yang dapat memilih lebih dahulu dan
tentu pula ia akan memilih apa yang terbungkus dengan kain sutera
itu.
Setelah ia mengetahui, bahwa boneka Cendra Kirana terbuat dari
pada emas ia merajuk kepada ibu dan ayahnya untuk ditukar. Tetapi
bagaimanapun juga ayah memaksanya, namun boneka emas itu tak
juga diserahkan oleh Galuh Cendra Kirana. Kemarahan ayahnya timbul,
sehingga rambut Galuh Cendra Kirana diguntingnya. Sejak itulah ia
merasa, bahwa hidup di istana merupakan hidup di bara api.
Apalagi sudah ternyata, bahwa ayahnya telah membencinya. Pada
suatu malam ia melarikan diri dengan ibu tirinya, selir raja yang
pertama, Mahadewi, bersama-sama dengan dua orang pengiringnya
Ken Bayan Ken Sengit. Di daerah antara perjalanan Daha dan Kuripan
ia mendirikan sebuah keraton, sedang namanya diubah dengan Panji
Semirang Asmarantaka. Begitu juga dengan dua pengiringnya
menyamar pula sebagai orang laki-laki dan namanya pun berubah. Ken
Bayan dengan Kuda Perwira sedang Ken Sengit dengan Kuda Peranca.
Kerajaan baru itu makin besar, karena keberanian kedua orang
pengiring Panji Semirang yang merampas harta benda orang yang lalu
di situ. Utusan Raja Kuripan ke Daha dapat pula dikalahkan, sehingga
Raden Inu sendirilah yang datang untuk menuntut balas. Tetapi apa
yang terjadi?
Setelah Raden Inu melihat wajah Panji Semirang, ia terpesona dan
tak kuasa pula untuk menuntut balas. Malahan terjadi suatu
persahabatan. Dengan demikian, Raden Inu dapat meneruskan
perjalanannya ke Daha untuk melangsungkan perkawinannya dengan
Galuh Cendra Kirana. Bukan kesenangan dan kegembiraan, tetapi
penyesalan dan kekecewaan yang didapatinya di Daha, karena Galuh
Cendra Kirana sudah tak ada di sana. Walaupun demikian perkawinan
itu dilangsungkan juga dengan Galuh Ajeng, karena permintaan yang
keras dari ibunya, Paduka Liku, kepada Ratu Daha. Perkawinan itu
tidak membawa kebahagiaan kedua belah pihak, karena tak ada benih
cinta dan senang yang tertanam di dalamnya. Malahan Raden Inu mulai
curiga, bahwa Panji Semirang itu ialah kekasihnya, Galuh Cendra
Kirana. Daha ditinggalkannya untuk menyusul Panji Semirang di
kerajaan baru itu bersama-sama dengan 3 orang pengiringnya: Jeruje
Kartala, Persanta, dan Punta.
Kekecewaan yang kedua tak dapat pula ditolaknya. Kerajaan baru
itu sudah kosong. Panji Semirang dengan pengiring-pengiring-nya telah
214214
214214
214
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
meninggalkan tempat itu menuju Gunung Wilis, tempat pertapaan
bibinya. Raden Inu hanya mendapatkan Mahadewi, yang tidak dibawa
dalam perjalanan pindah karena sudah tua. Ia didapatinya sedang
menangis. Perkataannya yang keluar mengatakan, bahwa Panji
Semirang memanglah Galuh Cendra Kirana, putri Ratu Daha. Setelah
Mahadewi diantarkan ke Daha kembali, berangkatlah Raden Inu
menyusul kekasihnya dengan nama samaran Panji Jayeng Kesuma.
Dalam perjalanannya Panji Semirang meninggalkan pakaian laki-
lakinya. Puspa Juwita dan Puspa Sari, kedua putri pemberian Raja
Mentawan yang kalah perang terkejut. Mereka baru mengetahui, bahwa
Panji Semirang adalah seorang perempuan. Setelah merintis hutan dan
gunung sampailah mereka ke pertapaan Biku Gandasari di Gunung
Wilis. Mereka disambut dengan ramah tamah. Beberapa hari mereka
tinggal di pertapaan itu. Pada suatu hari Biku Gandasari menyampaikan
kata kepada kemenakannya, bahkan cita-citanya akan sampai juga kalau
ia pada hari itu berangkat meninggalkan pertapaannya dan menyamar
sebagai seorang gambuh (= penari) Panji Semirang dan pengiringnya
mengenakan pakaian laki-laki lagi. Galuh Cendra Kirana mengubah
namanya lagi dengan Gambuh Warga Asmara.
Banyak sudah negeri yang didatangi dan di mana-mana Gambuh
mendapat sambutan yang hangat. Akhirnya sampailah mereka ke
Gageleng, kerajaan pamannya. Di daerah itu mereka mempertunjukkan
kegambuhannya.
Dalam perjalanannya Raden Inu atau Panji Jayeng Kesuma sudah
beberapa hari tinggal di kerajaan Gageleng. Raden Inulah yang
menambah menggilakan Raden Singa Menteri yang gila sanjung dan
dipuji itu. Banyak pegawai istana yang beruntung karena hadiah Raden
Singa Menteri karena pujian-pujian, bahwa ia lebih gagah dan tampan
dari pada Raden Inu, sepupunya.
Dari pengiring-pengiringnya Raden Inu mendengar, bahwa
Gambuh Warga Asmara baik sekali bermain. Mereka minta, agar
gambuh itu dapat pula bermain di istana. Rupa Gambuh Warga Asmara
menerbitkan prasangka lagi pada Raden Inu. Dalam hatinya ia
menyatakan bahwa Gambuh itu Panji Semirang. Tetapi beberapa kali
dinya-takan Gambuh Warga Asmara tetap menjawab, bahwa ia tidak
kenal kepada Panji Semirang.
Walaupun demikian tak putus-putus Raden Inu untuk mengamat-
amati Gambuh itu. Rahasia itu lama-lama terbuka juga. Tiap-tiap malam
sebelum tidur, boneka emas, pemberian Raden Inu dahulu, selalu
ditimang-timang dan dibelai-belai dengan rasa kasih sayang. Pada suatu
malam Raden Inu dapat melihat hal itu dalam intaiannya. Dengan tiada
menanti lagi dipeluknya Gambuh itu, yang tiada lain daripada Cendra
Kirana yang telah lama dikejar-kejar dan dicari-carinya.
Perkawinannya dilangsungkan di Kerajaan Kuripan. Dalam
perkawinan itu diundang juga Ratu Gageleng dan Raja Daha beserta
Paduka Liku dan Galuh Ajeng. Galuh Ajeng menangis pula dengkinya,
karena istri Raden Inu Kertapati tiada lain, selain Galuh Cendra Kirana.
Akhirnya ia dikawinkan dengan Raden Singa Menteri, putra Raja
Gageleng, yang gila puji itu dan sanjung itu.
215215
215215
215
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
2
Sasaran Kompetensi
1
Paduka Liku sudah tidak menjadi impian dan kekasih Raja Daha
lagi, karena kekuatan guna-gunanya sudah luntur. Mahadewilah yang
diangkat menjadi permaisuri.
Selanjutnya tampuk pimpinan Kerajaan Kuripan dan Daha
dikendalikan oleh Raden Inu Kertapati bersama-sama dengan permai-
surinya Galuh Cendra Kirana.
Ikhtisar Roman,
1983:11
1. Hikayat termasuk karya sastra lama. Mengapa digolongkan ke
dalam karya sastra lama?
2. Sebutkan ciri-ciri karya sastra lama!
3. Apa isi yang terkandung dalam
Hikayat Panji Semirang
itu?
4. Apa tujuan penulis mengisahkan
Hikayat Panji Semirang
?
5. Tuliskan pesan moral yang terkandung dalam cerita tersebut!
Carilah karya sastra berbentuk hikayat (judul bebas)!
Tentukan:
1. mengapa hikayat dikategorikan sebagai bentuk sastra?
2. apa isi yang terkandung dalam hikayat?
3. apa tujuan dituliskannya cerita berbentuk hikayat?
2. Karakteristik Hikayat
Kita mengenal berbagai bentuk karya sastra prosa, misalnya
dongeng, legenda, hikayat, roman, novel, drama, cerpen, dan
lainnya. Setiap bentuk karya sastra memiliki karakteristik atau ciri
khas yang berbeda antara bentuk yang satu dengan bentuk lainnya.
1. Bentuklah kelompok diskusi antara tiga sampai lima orang!
2. Diskusikan tentang:
a. pengertian hikayat;
b. pokok cerita hikayat;
c.
bahasa yang digunakan;
d. ciri khas hikayat; dan
e. kebudayaan yang mempengaruhi hikayat.
3. Bacakan hasil diskusi kelompok kamu di depan kelas!
4. Antarkelompok saling menanggapi!
216216
216216
216
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
3
B
Menulis Notulen Rapat
Pada pembelajaran yang lalu kamu telah memahami pengertian,
fungsi, dan format suatu notulen. Pada pembelajaran kali ini kamu
diharapkan mampu menulis suatu notulen rapat secara lengkap dan
tepat dari suatu rapat yang kamu ikuti. Agar kamu dapat menulis
notulen secara baik, kamu dapat memperhatikan hal-hal berikut.
1. Tentukan terlebih dahulu format notulen yang lengkap sesuai
kondisi dan keperluan rapat!
2. Catat seluruh proses rapat yang kamu ikuti apa adanya dengan
tidak menambah atau mengurangi. Dalam suatu rapat terkadang
terjadi suatu perdebatan yang sengit untuk mengambil suatu
keputusan, posisikan kamu hanya sebagai pencatat. Tulis apa
adanya pertanyaan dan perdebatan yang terjadi antarpeserta rapat!
3. Catat kesimpulan atau kesepakatan yang terjadi dalam rapat
tersebut secara cermat, meskipun secara pribadi kamu tidak
menyukai keputusan tersebut!
4. Tulislah notulen tersebut secara rapi, dengan memperhatikan
penulisan kalimat dan penggunaan bahasa yang mudah dipahami,
serta penggunaan tanda baca yang tepat.
Sebagai pelatihan, adakan sebuah rapat di kelas kamu dengan
langkah berikut.
1. Pilih dan tunjuk dua orang teman kamu untuk menjadi
pemimpin rapat, pemandu acara!
2. Bahaslah dalam rapat tersebut sebuah topik ”Pertanggung-
jawaban Kinerja Pengurus Kelas” yang sedang berlangsung
selama ini!
3. Sebelum rapat dimulai, pemandu acara sebaiknya meminta
persetujuan terlebih dahulu dalam menyusun acara rapat. Hal
ini perlu agar berjalan dengan lancar. Misalnya jika dalam rapat
tersebut seluruh seksi kepengurusan kelas dimintai
pertanggungjawaban kinerjanya, sebaiknya mereka
mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang ingin mereka
utarakan dalam rapat tersebut!
4. Bahaslah dalam rapat kelas tersebut evaluasi kinerja pengurus
untuk perbaikan kinerja pengurus kelas selanjutnya!
5. Sebagai bahan pelatihan, setiap peserta rapat diharapkan
mampu mencatat seluruh proses rapat tersebut secara cermat!
6. Buatlah notulen rapat tersebut secara lengkap dan tepat
berdasarkan catatan yang berhasil kamu lakukan dan tulislah
dalam format notulen yang telah kamu tentukan sebelumnya!
217217
217217
217
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
C
Mendengarkan Pembacaan Cerpen
Simaklah pembacaan cerpen yang akan dilakukan oleh teman kamu di depan
kelas!
Di Atas Kereta Rel Listrik
Hamsad Rangkuti
Di atas kereta rel listrik, aku sedang memanfaatkan jasa
perjalanannya untuk pulang. Penumpang tidak banyak. Dua bangku
panjang menempel di kedua dinding gerbong diduduki hanya beberapa
penumpang. Di sebelahku duduk seorang gadis remaja. Di sebelah yang
lain, tidak ada penumpang. Sedang di seberang kami, persis berada di
depanku, duduk seorang remaja yang tampak segar dan bergembira,
membawa kotak kardus bergambar pesawat elektronik,
tape recorder
.
Dari kotak kemasannya yang baru kelihatan kalau
tape recorder
itu baru
saja dibeli.
Kereta rel listrik itu memperlambat jalannya dan berhenti di sebuah
stasiun yang sedang disinggahinya. Tiga pintu katup di salah satu
dindingnya terbuka secara otomatis. Seorang remaja sekolah menengah
umum naik dan duduk di sebelahku. Kemudian ketiga pintu katup itu
tertutup kembali secara otomatis dan kereta rel listrik itu pun
melanjutkan perjalanannya.
Tidak lama setelah itu, sekawanan remaja sekolah menengah umum
seusia anak yang duduk di sebelahku itu muncul dari gerbong yang
berada di depan gerbong kami. Mereka masuk dengan sikap beringas
dan tidak menunjukkan sikap sopan. Inilah awal malapetaka itu.
Melihat kedatangan sekawanan anak sekolah itu, anak laki-laki
yang baru naik itu dan yang duduk di sebelahku, jadi gelisah. Dia
bergeser rapat ke dekatku.
”Tolong lindungi saya, Pak,” katanya. ”Saya sama sekali tidak
terlibat perkelahian itu. Saya tidak ikut-ikutan.”
Dia semakin cemas dan gelisah. Mungkin dia menyadari kalau dia
sedang berhadapan dengan bahaya, dan ia sudah terperangkap di
antara langit-langit dan dinding gerbong. Tak ada tempat untuk
menghindar. Pindah ke gerbong lain sudah tidak mungkin. Gerbong
yang kami tumpangi adalah gerbong terakhir.
Sedangkan kalau dia mau pindah ke gerbong berikutnya, itu sama
artinya menyongsong kedatangan mereka. Satu-satunya jalan untuk
menghindar, tetapi tidak mungkin, melompat lewat jendela. Maka
pilihan terbaik menurut dia, adalah berlindung kepadaku.
”Murid-murid di sekolah kami berkelahi dengan murid-murid di
sekolah mereka. Ada tiga korban yang terbunuh dari pihak mereka. Saya
tidak ikut-ikutan dalam perkelahian itu. Tolong lindungi saya, Pak.”
”Kalau begitu persoalannya, duduklah dengan tenang di sebelah
Bapak. Tak ada yang perlu dicemaskan. Bersikaplah seolah kau adalah
anak Bapak.”
218218
218218
218
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
”Terima kasih,” katanya.
Namun semuanya terjadi di luar perhitunganku. Dan tak dapat
dihindarkan, mereka pun melihat anak itu dan dapat menandai dari
seragam sekolah yang dikenakannya. Seorang dari mereka datang ke
arah kami, mencengkram dan merenggut kerah baju di bagian lehernya.
Terdengar benang tetas di bagian kerah yang direnggut itu. Mereka
menyeretnya dari sisiku. Aku langsung bertindak mence-gahnya. Tetapi
mereka mendorongku dengan kasar, membiarkan aku terjungkal di
atas lantai. Kemudian dengan brutal mereka melakukan penganiayaan
padanya. Sekarang gerbong berubah menjadi arena penyiksaan.
”Saya tidak ikut-ikutan,” kata anak yang disiksa itu dalam rintihnya.
Seragam sekolah yang dipakainya direntap mereka dan sobek
memanjang memperlihatkan baju dalamnya. Darah menetes dari
bibirnya. Melihat penyiksaan itu aku tak bisa berdiam diri. Aku bangkit
dan bertindak mencegah-kesewenang-wenangan mereka.
”Apa permasalahannya. Mari kita selesaikan dengan baik-baik.
Jangan bertindak seperti itu. Siapa tahu dia bukanlah orang yang kalian
maksud.”
”Bapak jangan ikut campur,” kata salah seorang dari mereka. ”Dia
memang besi lancip seperti obeng. Siapa pun di antara kalian yang
mencoba ikut campur, kami tidak akan segan-segan melukainya. Tiga
teman kami mereka bunuh dengan cara yang kejam. Tanda pengenal
sekolah mereka, mereka ikat di leher teman-teman kami itu seperti dasi
kematian. Kekejaman harus dibalas dengan kekejaman yang sama.”
katanya lagi.
”Aku tidak ikut berkelahi. Aku tidak ikut membunuh. Aku hanya
dari sekolah yang sama. Tolong, jangan bunuh aku,” kata anak itu.
”Diam! Tiga teman kami telah kalian bunuh dengan cara yang
kejam. Apapun yang kau katakan sekarang, aku tidak percaya. Kau
dusta! Sekarang jangan coba-coba berlindung di balik kata-kata
bohongmu!”
”Biarkan dia bicara, supaya jelas duduk soalnya,” kataku.
”Diam kau orang tua!” hardik mereka. Sebuah tendangan yang luar
biasa kuatnya menghantam mukaku. Aku tersungkur di lantai. Ceceran
darah terasa hangat menjalar di bawah hidungku. Salah seorang dari
mereka menghunus belati, diarahkan kepadaku. Sementara anak yang
menendang mukaku, mengayunkan ujung tajam sepotong besi
penghancur es, dalam jarak yang sedemikian dekatnya benda tajam
itu semakin dekat. ”Ini adalah perkelahian antarpelajar! Orang tua tak
perlu ikut campur. Mengerti!”
Anak gadis yang duduk di sebelahku bergegas menghampiriku dan
melindungiku dari amukan mereka. Memapahku ke tempat duduk
semula. Dikeluarkannya kertas tissu, dihapusnya darah yang menetes
di bibirku.
”Semuanya yang ada di sini jangan coba-coba ikut campur. Ini
perkelahian antarpelajar. Sebaiknya kalian duduk saja di bangku kalian
dengan tenang dan saksikan pembalasan ini.”
219219
219219
219
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
Salah seorang dari mereka merobek seragam sekolahnya sendiri
dalam satu sobekan panjang, mengambil tanda pengenal sekolah yang
menempel di lengan bajunya. Cabikan panjang itu dia lilitkan di leher
anak laki-laki itu seperti simpul sebuah dasi. ”Biar mereka tahu yang
melemparkannya dari atas kereta listrik ini. Hanya tinggal beberapa
detik saja lagi, dendam akan terbalas! Dia berpaling ke arah pintu. ”Buka
pintu!”
Murid-murid sekolah menengah umum itu memasukkan alat
pencongkel ke bagian celah tempat bertemunya kedua daun pintu katup
itu. Alat pencongkel itu mereka tekan ke satu arah dan pertemuan kedua
daun pintu katup merenggang. Sebuah celah tegak lurus tercipta di
tengah bingkai pintu. Dua kekuatan yang berlawanan memperlebar
celah itu. Dan sekarang, bingkai pintu kereta rel listrik itu terbuka lebar.
Angin keras mendesak masuk melalui pintu yang telah terbuka itu,
lalu menyerang muka para penumpang, mempermainkan ujung baju,
dan menyisir rambut. Angin membawa masuk bau perkampungan
miskin yang padat yang tumbuh sepanjang kedua sisi rel. Pemandangan
itu menyentak dan menyadarkanku. Anak laki-laki itu berada di
ambang kematiannya. Aku mencium bau kematian itu. Dan sekarang,
kulihat mereka menyeret anak laki-laki itu ke arah pintu. Aku ambil
keputusan yang amat sangat mengandung resiko. Tidak akan aku
biarkan pintu kereta rel listrik itu menjadi lobang menuju kematiannya.
Maka tak ada yang bisa kulakukan kecuali meminta belas kasihan
mereka. Aku melompat dan merangkul kedua anak laki-laki yang
memegang besi penghancur es. Aku menangis memohon belas kasihan
kepadanya, meminta agar dia dan kawan-kawannya mengurungkan
niat mereka.
Tetapi mereka telah menjadi iblis. Dengan beringas dia tendang
tubuhku. Membiarkan aku terjungkal di lantai. Aku segera bangkit,
merangkak mendekati kedua kaki yang terseret itu. Merangkulnya,
menahan kedua kaki itu di dalam dekapanku sekuat tenaga. Aku tidak
ubahnya seperti lantai kereta rel listrik itu kedua kaki yang berada di
dalam dekapanku adalah tang yang melekat di atas gerbong itu. Aku
sekarang tak ubahnya seperti hewan yang terseret di ujung seutas tali
yang ditarik pemiliknya. Pada saat seperti itulah, mereka meletakkan
tapak-tapak sepatu mereka di bahuku, menahan tubuhku saat mereka
mencabut kedua kaki itu. Kedua kaki itu terlepas dalam rentapan
tangan-tangan mereka. Sebelah dari sepatu yang dikenakannya
tertinggal di dalam dekapanku, seperti umbi patah di batangnya, saat
dicabut dari tanah. Setelah itu, mereka seret anak laki-laki itu ke pintu,
mereka lemparkan keluar gerbong.
Jerit kematian terdengar menyudahi eksekusi itu. Kemudian pintu
kereta rel listrik itu terkatup kembali. Tak terdengar ada suara setelah
itu. Kemudian pintu kereta rel listrik itu terkatup kembali. Tak terdengar
ada suara setelah itu, kecuali bunyi roda bergelinding di bawah lantai,
melindas sambungan rel yang renggang di kedua rentangannya,
memperjauh jarak antara sepatu dan pemiliknya.
Maut tak bisa dilawan. Hidup untuk masa yang singkat. Semuanya
tentu akan menghembuskan nafas penghabisan. Kematian datang
220220
220220
220
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
dengan caranya. Sangat beragam. Rencana Tuhan tak pernah bisa
diterka. Semua telah menjadi kemauan takdir.
***
Di atas rel kereta listrik itu, di gerbong terakhir yang kami naiki,
telah berkurang satu penumpang. Tak ada di antara kami yang bicara.
Kami seperti orang-orang kalah. Semua membisu. Tergambar duka
yang tak terlukiskan. Semua tergoncang oleh peristiwa pembunuhan
itu. Sangat mengejutkan. Mencekam dalam kengerian yang teriris.
Mungkin karena itu pulalah penyebab segalanya maka tiba-tiba anak
muda yang membawa
tape recorder
itu mengatasinya dengan cara yang
aneh. Dia tiba-tiba berdiri dan berkata lantang.
”Bapak-bapak. Ibu-ibu, Rekan-rekan, mari kita lupakan sejenak
segala duka, perih, kepengecutan kita. Sekarang mari kita bergembira.”
Dikeluarkannya
tape recorder
itu dari dalam kotak pembungkusnya.
Kami semua memperhatikannya.
”Saudara-saudaraku sekalian, marilah kita kendorkan sejenak
ketegangan syaraf kita. Mari kita lupakan sejenak segala teror yang
diberondongkan kepada kita. Mari kita lupakan sejenak segala
kesewenang-wenangan. Segala kekejaman. Kebengisan. Dan
kebrutalan. Aku dan kekasihku baru saja membeli sebuah
tape recorder
.
Suaranya sangat bagus. Sekarang, mari kita bergembira.”
Dikeluarkannya
tape recorder
itu dari dalam kotak pembungkusnya.
Dimasukkannya sebuah pita rekaman. Dipencetnya sebuah tombol di
sana dan dalam volume tinggi, mengumandanglah sebuah lagu. Dia
raih tangan kekasihnya yang duduk bersamanya. Diajaknya berdiri.
Dan keduanya pun menari. Mereka menari di atas kereta rel listrik yang
sedang berjalan laju.
”Ayo semua menari,” ajaknya. ”Mari kita lupakan sejenak segala
duka. Duka yang diakibatkan segala macam kekerasan. Duka yang
terjadi di ladang-ladang pembantaian. Mari kita menari. Mari kita
lupakan sejenak semua itu. Mari kita menari bersama.”
Melihat tingkah kedua remaja itu, ditambah ajakannya yang
menggoda, serta musik pengiringnya yang merangsang, penumpang-
penumpang yang tidak banyak itu pun tergelitik untuk turut menari.
Semua mereka sekarang menari. Anak gadis yang duduk di sebelahku
itu mungkin tergoda pula untuk menari. Dia menoleh kepadaku dan
berkata:
”Mari kita ikut menari, Pak.”
”Tak lah. Badan Bapak masih terasa sakit. Kau sajalah yang menari.”
”Tapi tak ada pasangan yang tersisa untukku. Ayolah. Temani saya.
Tak apalah sakit-sakit sedikit. Apa kata anak muda itu? Lupakan sejenak
segala duka. Ayo. Mari kita sejenak ikut berlupa-lupa.”
”Bapak tidak pantas menari bersamamu. Malu dilihat orang. Apa
kata mereka nanti. Si Tua yang tak tahu dituanya.”
”Semua orang sekarang gila menari. Ayolah, Pak. Ayolah. Malu
bukan lagi milik orang sekarang ini. Ayolah. Lupakan sejenak segala
duka. Mari kita bergembira.” Ditariknya tanganku. ”Saya ingin sekali
menari di atas kereta rel listrik yang berjalan.”
221221
221221
221
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
”Bagaimana rasanya melenggok di atas lantai yang bergoyang. Tak
pernah saya temukan suasana gila seperti ini, seumur-umur. Ayolah, Pak.
Mumpung ada yang mengambil inisiatif.”
Makin ditariknya tanganku, aku tak dapat mengelak. Betul juga
katanya, tak pantas berdiam diri di tengah orang yang menari. Aku
pun mengikuti ajakannya. Ikut gila di tengah kegilaan yang gila. Gadis
belia itu tersenyum melihat aku melenggok dalam kerapuhan yang tua
mengimbangi gerak lincahnya yang remaja.
”Ternyata Bapak pintar menari. Tidak kusangka,” katanya
berseloroh.
”Jangan terlampau memuji. Di atas lantai bergoyang semua orang
pandai menari.”
”Tetapi, tampak Bapak memang pintar menari. Barangkali Bapak
adalah seorang pecinta seni. Khususnya seni tari.”
Kereta rel listrik itu tiba-tiba berjalan perlahan dan berhenti.
Pasangan remaja itu turun, tanpa mematikan musik yang me-
ngumandang dari dalam
tape recorder
yang dibawanya. Orang-orang
yang menari ikut pula turun, sambil terus menari seolah tersihir musik
yang terus mengumandang dari
tape recorder
itu. Aku pun ikut terpukau
oleh musik itu, ikut turun dari gerbong, mengikuti irama musik yang
terus mengumandang itu. Kami seolah telah menjadi tikus-tikus dalam
sebuah dongeng mengikuti tiupan seruling seorang pangeran.
Tetapi aku tiba-tiba tersentak dari pukauan musik yang memukau
itu. Aku tersentak begitu kakiku menginjak peron. Aku teringat sesuatu
yang terlupa, sepatu anak laki-laki di dalam gerbong. Aku seperti
diingatkan oleh sesuatu yang mengandung gaib. Aku seperti dikem-
balikan pada kesadaran yang telah lenyap, membawa sepatu itu ke
rumah. Akan aku tunjukkan kepada anak-anakku, bahwa sepatu itu
adalah wujud sebuah duka yang sangat memilukan dari perkelahian
antarpelajar seusia mereka.
***
Di atas kereta rel listrik itu banyak orang menggunakannya untuk
segala kepentingan yang berbeda. Selain sebagai alat transportasi yang
murah dan lancar, ada pula yang memperlakukannya sebagai tempat
untuk mencari makan, baik yang halal maupun yang tidak halal.
Pencopet berkeliaran di sana pada jam-jam padat. Mereka merogoh
saku penumpang tanpa ada perlawanan. Pedagang minuman menjual
pembasah kerongkongan yang haus, pedagang permen menjual sarana
penyegar mulut. Pokoknya banyak pedagang yang memanfaatkan
keberadaan kereta rel listrik itu. Pedagang mainan, pedagang koran,
semua berteriak dan berlalu lalang, menambah pengap suasana di
dalam gerbong. Kepengapan itu dijejali lagi oleh suara para pengamen
yang melantunkan lagu-lagu sumbang. Yang terbanyak dan mereka
adalah pengemis buta. Mereka mengetuk hati para penumpang dengan
alat bantu pengeras suara, lengkap dengan musik pengiring yang telah
dirancang untuk mengiringi sebuah lagu. Namun di antara pengemis
buta itu masih ada juga yang menggunakan cara lama, menggunakan
ayat suci Al-Quran sebagai alat bantu.
222222
222222
222
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
Di atas kereta rel listrik itu banyak kesempatan untuk tempat
beraneka ragam kebutuhan.
Di stasiun kecil itu tak ada penumpang yang naik, kecuali seorang
pengemis buta. Dengan demikian, cuma aku dan pengemis itu yang
berada di dalam gerbong. Dia masih menggunakan cara lama,
menggunakan ayat suci Al-Quran sebagai alat bantu untuk mengetuk
hati penumpang. Begitu ketiga pintu itu tertutup dan kereta rel listrik
berjalan, pengemis buta itu pun mulai mengambil ancang-ancang
memulai usahanya. Kedua tangannya direntangkan menengadah ke
sebelah kiri dan ke sebelah kanan. Dia melangkah sambil menjaga
keseimbangan.
Aku tersenyum melihat kedua telapak tangan yang menengadah
itu. Suatu perbuatan yang sia-sia. Matanya yang buta itu, saat ini
merupakan karunia dalam bentuk lain. Kebutaan yang dimilikinya telah
menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi di sekelilingnya. Timbul
keinginan dalam hatiku untuk menyembunyikan realitas yang ada di
sekitarnya itu. Aku bisa menyulap semua itu hanya dengan sekeping
logam. Tentu saja aku harus merelakan beberapa keping logam untuk
itu, di tengah ayat suci Al-Quran yang sedang dikumandangkannya.
Aku hampiri pengemis buta itu. Kuletakkan sekeping logam di
telapak tangan kanannya.Dia berhenti sejenak dan berpaling ke kanan,
menunduk dan berterima kasih. Setelah itu dia melangkah.
Kuletakkan sekeping logam lagi di telapak tangan kirinya. Dia
berhenti sejenak dan berpaling ke kiri, menundukkan dan berterima
kasih. Aku tersenyum pada tipuan itu. Kuletakkan lagi sekeping uang
logam di tangan kanannya, dia sejenak berpaling ke kanan dan
berterima kasih. Kuletakkan lagi sekeping logam di tangan kirinya, ia
pun berpaling ke kiri. Begitu kulakukan berulang-ulang hingga ia
sampai di dekat sepatu anak laki-laki itu terletak. Sekeping uang logam
kuletakkan di telapak tangan kanannya, dia pun berpaling ke kanan.
Ke arah sepatu itu.
”Di sebelah kanan Bapak ada sebelah sepatu. Pemilik sepatu itu
adalah seorang anak laki-laki. Dia adalah murid salah satu sekolah yang
sedang terlibat perkelahian dengan sekolah lain. Tadi, sejumlah anak
dari sekolah yang menjadi seteru sekolahnya, memergokinya di sini
dan melemparkannya ke luar gerbong. Dia merupakan korban balas
dendam dari dua kelompok sekolah yang berseteru. Aku tak berhasil
menyelamatkan nyawanya, kecuali sebelah sepatu yang dipakainya.
Sepatu itu tertinggal di dalam dekapanku, waktu anak itu
kupertahankan saat mereka akan melemparkannya ke luar gerbong.
Menurut keyakinanku, pemilik sepatu itu telah meninggal.”
Dia berhenti melangkah. Nampak dia terguncang mendengar
penjelasanku. Dia meraba ke arah sepatu itu. Tangannya masih jauh
dari sepatu itu. Aku mendekatinya. Kutuntun tangannya ke sepatu itu.
Dia mere-nung dan meraba sepatu itu. Dipegangnya agak lama.
”Tolong bacakan Al-Fatihah untuk almarhum, si pemilik sepatu
ini,” kataku.
”Siapa nama almarhum?”
223223
223223
223
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
4
”Tak ada di antara kami yang tahu.”
Dia tarik tangannya dan berkonsentrasi memusatkan pikiran untuk
sebuah upacara yang sakral. Dipertemukannya kedua sisi telapak
tangannya di bawah dagu. Dia pun memulai membaca surat Al-Fatihah
itu. Setelah s
elesai dia melakukan upacara membaca Al-Fatihah itu,
kusentuh bahunya. Kukantongkan selembar uang ke dalam saku
bajunya.
”Uang apa ini?” katanya tersentak dan meraba saku baju itu. ”Aku
tidak sebagai penge-mis untuk Al-Fatihah itu. Biarkan aku membaca
untuk almarhum bukan karena upah.”
”Ambillah, beri kesempatan aku bersedekah untuk almarhum.”
Sebelum pergi, dia sentuh dulu sepatu itu, seperti orang menyentuh
batu nisan. Kemudian dia pergi dari sepatu itu, melangkah setapak
demi setapak, hingga dia pindah ke gerbong lain.
***
Sumber:
Sisipan ”Kakilangit”,
Horison,
Januari 2001
Setelah kamu menyimak pembacaan cerpen tersebut, jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Untuk tujuan apa tokoh aku naik kereta?
2. Malapetaka apa yang terjadi di dalam kereta?
3. Mengapa malapetaka tersebut itu bisa terjadi?
4. Bagaimana sikap sekawanan remaja terhadap tokoh aku?
5. Apa yang dilakukan tokoh aku untuk mencegah tindakan brutal
sekawanan remaja terhadap anak sekolah yang dilindunginya?
6. Apa yang dilakukan anak gadis terhadap tokoh aku setelah
diperlakukan kasar oleh sekawanan remaja?
7. Tindakan apa yang dilakukan tokoh aku untuk menyelamatkan
jiwa anak sekolah yang terancam jiwanya itu?
8. Tindakan apa yang dilakukan anak muda pembawa
tape recorder
untuk menghilangkan suasana duka?
9. Bagaimana suasana dalam kereta setelah terdengar musik dari
tape recorder
?
10. Bagaimana sikap tokoh aku terhadap sepatu milik anak yang
telah dianiaya tersebut?
11. Fungsi apa saja yang muncul dari keberadaan kereta rel listrik
itu?
12. Jelaskan watak tokoh aku dalam cerita pendek tersebut?
13. Mengapa pengarang menggunakan judul ”Di Atas Kereta Rel
Listrik” pada karyanya itu?
14. Apa yang diceritakan pada cerpen tersebut?
15. Kesan apa yang kamu peroleh setelah membaca cerpen
tersebut?
224224
224224
224
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
1. Hikayat adalah karya sastra lama yang isinya mengisahkan
kehidupan di sekitar lingkungan kerajaan.
2. Notulen rapat adalah catatan yang berisi kegiatan rapat sejak
awal sampai akhir kegiatan.
3. Cerpen adalah karya sastra yang menceritkan kehidupan tokoh
secara sekilas. Yang diceritakan sebgaian kehidupan tokoh yang
paling menarik.
Sudahkah kamu menguasai berbagai kemampuan berbahasa dalam
Pelajaran 15 ini? Untuk mengukur dan meningkatkan kemampuanmu, coba
kamu praktikkan dalam kehidupanmu sehari-hari berbahasa berikut ini.
1. Carilah sebuah hikayat di perpustakaan sekolahmu. Baca dengan cermat.
Temukan hal-hal yang bermanfat yang terdapat dalam hikayat tersebut.
2. Ikuti sebuah rapat yang diselenggarakan oleh organisasi yang ada di
sekolahmu. Buatlah notulen kegiatan tersebut dengan baik.
3. Carilah sebuah cerpen yang terdapat dalam sebuah surat kabar atau
majalah. Bacalah dengan cermat. Temukan hal-hal apa saja yang
diceritakan dalam cerpen tersebut.
15
I.
Pilihlah salah satu jawaban yang benar!
Untuk nomor 1 s.d. 3 bacalah kutipan cerita berikut!
Tatkala aku masuk sekolah Mulo, demikian fasih lidahku dalam
bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara
dan tidak melihat aku, mengira aku anak Belanda. Aku pun bertambah
lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-
hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang
berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok
orang Belanda.
“Kenang-kenangan” oleh Abdul Gani A.K.
1
. Sudut pandang pengarang yang digunakan dalam penggalan
tersebut adalah ....
a.
orang pertama pelaku utama
b.
orang ketiga pelaku sampingan
c.
orang ketiga pelaku utama
d.
orang pertama dan ketiga
e.
orang ketiga serbatahu
225225
225225
225
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
2. Watak tokoh “aku” dalam penggalan cerita tersebut adalah ....
a.
percaya diri
b.
mudah menyesuaikan diri
c.
sombong
d.
rajin berusaha
e.
mudah dipengaruhi
3.
Amanat dalam penggalan cerpen tersebut adalah ...
a.
Jangan cepat menyerah pada keadaan bagaimanapun juga.
b.
Jangan membuang waktu selagi masih ada waktu.
c.
Sebaiknya kita menyesuaikan diri dengan keadaan.
d.
Jangan lupa diri bila menguasai bahasa orang.
e.
Jangan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Untuk nomor 4 dan 5 pahami kutipan cerpen berikut!
Aku pikir aku telah tertidur beberapa jam karena pengaruh
sampanye dan letusan-letusan bisu dalam film itu. Lalu ketika aku
terbangun, kepalaku merasa terguncang-guncang. Aku pergi ke kamar
mandi. Dua dari tempat duduk di belakangku diduduki wanita tua
dengan sebelas kopor berbaring dengan posisi yang tidak sangat
karuan. Seperti mayat yang terlupakan di medan perang. Kaca mata
bacanya dengan rantai manik-manik beradu di atas lantai dan sesaat
aku menikmati kedengkianku untuk tidak mengarnbilnya.
4.
Nilai budaya yang ada dalam penggalan cerpen tersebut adalah
....
a.
mabuk-mabukan
b.
menonton film
a.
minum sampanye
c.
dengki terhadap orang lain
d.
tidak peduli terhadap orang lain
5.
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah ....
a.
cara orang pertama
b.
cara orang kedua
c.
cara orang ketiga
d.
cara orang pertama dan ketiga
e.
cara orang kedua dan ketiga
Untuk nomor 6 dan 7 pahami kutipan cerpen berikut!
Sebermula maka Sri Rama dan Laksamana pun pergilah mencari
Sita Dewi. Maka ia pun berjalanlah di dalam hutan rimba belantara.
Beberapa lamanya berjalan, mereka itu tiada bertemu tempat
menanyakan waktu Sita Dewi. Maka dilihatnya ada seekor burung
beti
na. Maka Sri Rama pun bertanya, “Hai burung, adakah engkau
melihat istriku dilarikan orang?”
226226
226226
226
u
Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2
untuk SMA/MA Kelas XI Ilmu Alam/Ilmu Sosial
u
Sahut burung jantan itu, “Engkau yang bernama Sri Rama? Aku
dengar masyhur namamu laki-laki dan gagah berani tiada terlawan di
tengah medan peperangan. Akan binimu tiadalah terpelihara,
perempuan seorang. Lihatlah olehmu aku ini, empat ekor biniku lagi
dapat aku peliharakan, konon engkau manusia dua orang pula
saudaramu tiadakah dapat memeliharakan binimu itu.
6. Isi kutipan ceria tersebut mengungkapkan ...
a.
Sri Rama mencari istrinya Sita Dewi.
b.
Laksamana sedang mencari istrinya.
c.
Ejekan burung jantan kepada Sri Rama yang tidak bisa menjaga
istrin
ya.
d.
Kehidupan burung jantan yang berbahagia dengan keempat
istrin
ya.
e.
Sri Rama raja yang termasyhur dan gagah berani.
7.
Nilai moral yang tersirat dalam kutipan cerita tersebut adalah ...
a.
Kasih sayang seorang suami terhadap istrinya.
b.
Keberanian seorang suami dalam membela istrinya.
c.
Tabah menerima ejekan orang.
d.
Tabah dalam menerima segala penderitaan.
e.
Keadilan yang diberikan oleh suami kapada istrinya.
8.
Yang termasuk pelengkap notulen rapat adalah ....
a.
ketua rapat
d.
susunan acara
b.
notulis
e.
daftar hadir peserta
c.
ringkasan
9.
Catatan yang berisi kegiatan rapat disebut ....
a.
notulen
d.
rangkuman
b.
notulis
e.
ringkasan
c.
catatan
10.
Pada dasarnya rapat dilaksanakan bertujuan untuk ....
a.
mencari masalah
b.
menyelesaikan masalah
c.
mempermasalahkan masalah
d.
memperdebatkan masalah
e.
merumuskan masalah
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar!
1. Apa yang kamu ketahui tentang hikayat?
2.
Sebutkan unsur-unsur instrinsik hikayat!
3. Hal-hal apa saja yang harus ada dalam sebuah notulen rapat?
4. Apa yang disebut cerpen?
5. Jelaskan perbedaan cerpen dengan hikayat!